HIKAYAT
Hikayat Abu Nawas :Mengajar Lembu Mengaji Al-Qur’an
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang masyarakat yang bernama abunawas, dan sultan yang bernama sultan syahalam, dan 1 hamba raja.
Sultan:
 “Panggil Abu Nawas kemari hari ini juga,
Hamba:
“Tuan Abu Nawas …” kata sihamba raja sesampai di rumah Abu Nawas, “Tuan Hamba dipersilahkan Baginda datang keistana hari ini juga.”
Hanya berjarak setengah jam setelah hamba sahaya tadi sampai di istana, Abu Nawas pun tiba di sana.

Sultan:
“Hai Abu Nawas …” kata Sultan, “Tahukah kamu mengapa kamu aku panggil kemari?Aku minta tolong kepadamu untuk mengajari lembuku supaya bisa mengaji Al-Qur’an. Jika lembu itu tidak dapat mengaji, niscaya aku akan menyuruh mereka membunuh kamu.”

Abunawas:
“BaiklahTuanku Syah Alam,” jawab Abu Nawas, “Titah tuanku patik junjung di atas kepala patik.” Kemudian Abu Nawas di suruh pulang dengan menghela seekor lembu. Sesampai dirumah lembu itu diikat erat-erat pada sebatang pohon kurma.
Esok harinya Abu Nawas mulai memukul lembu itu dengan sebuah cambuk rotan sampai setengah mati. Ketika  binatang itu hampir mengamuk, Abu Nawas mengucapkan kata “atau”, “atau”, “atau”. Perkataan itulah yang diajarkan Abu Nawas kepada lembu itu sambil tetap mengayunkan cambukannya tanpa henti. Pekerjaan itu ia lakukan setiap hari pagi sampai tengah hari dan dari dhuhur sampai maghrib selama beberapa hari sehingga tidak terpikirkan untuk menghadap keistana.
Setengah bulan kemudian baginda menyuruh seorang hamba melihat kerumah Abu Nawas, apakah dia mampu mengajari lembu itu mengaji atau tidak.
Apa yang disaksikan oleh hamba sahaya tadi di rumah Abu Nawas, tiada lain cambukan yang dilancarkan oleh Abu Nawas kebadan lembu itu sambil berkata ”atau, “atau, “atau” sampai binatang itu kesakitan setengah mati. Maka dilaporkanlah hal itu kepada Baginda Sultan.

Hamba:
“Mohon ampun baginda,” kata hamba sahaya itu sesampai di Istana, “Patiklihat Abu Nawas sedang mengajar lembu itu di belakang rumah dengan sebuah cambuk rotan yang besar. Jika tali pengikatnya tidak kuat pastilah lembu itu lepas dan mengamuk, yang diajarkan tidak lain hanyalah tiga patah kata ,yaitu “atau”, “atau”, “atau”.
Baginda terheran-heran mendengar laporan itu, setelah berpikir sejenak baginda bertitah,
Sultan:
“Panggil kemari Abu Nawas sekarang juga, aku mau tahu apakah lembu itu sudah bisa mengaji atau belum.”
Tidak lama kemudian Abu Nawas pun sampai di Istana, ia pun datang menyembah.

Sultan:
“Hai Abu Nawas, sudahkah engkau mengajari lembuku itu dan apakah lembu itu sudah bisa mengaji Al-Qur’an?” tanya Baginda Sultan.
Sudah bisa sedikit-sedikit, Ya Tuanku Syah Alam,” jawab Abu Nawas.
“Tadi aku suruh seorang hamba melihat kerumahmu, katanya engkau  mengajari lembu itu kalimat “atau”, “atau”, “atau”. Aku mau tahu apa artinya perkataan itu?”

Abunawas:

“Ampun ke Duli Syah Alam,” kata Abu Nawas. Arti “atau”, “atau”, “atau” itu adalah jika bukan lembu yang mati, atau hamba, atau tuanku, atau tidak ada salah seorang yang mati, hamba tidak akan puas. Sebab sampai habis umurnya sekalipun, binatang itu tidak akan bisa mengaji Al-Qur’an. Itu sebabnya binatang itu hamba cambuk agar mati. Dengan demikian hamba senang karena pekerjaan hamba dapat selesai. Atau hamba yang mati, atau Paduka yang mati, atau salah satu, barulah habis perkara lembu itu.”
Baginda terperanjat di tempat duduknya, tidak dapat berkata sepatah katapun. Setelah tercenung sejenak, baginda berkata.
Sultan:
“Kalau begitu lembu itu boleh kamu ambil, atau kamu jual, atau kamu buat sate.”
Abu nawas:
“Terimakasih banyak-banyak, ya Tuanku Baginda Syah Alam,” kata Abu Nawas sambi lmenyembah hingga kepalanya menyentuh tanah. Ia pun mohon diri pulang kerumah dengan langkah ringan dan hati senang.

UNSUR INTRINSIK HIKAYAT
1.    1.  Isi pokok hikayat
Abunawas mengajari lembu mengaji Cuma dengan perkataan atau, atau dan atau dan memukul lembu itu memkai rotan alasannya karena Arti “atau”, “atau”, “atau” itu adalah jika bukan lembu yang mati, atau hamba, atau tuanku, atau tidak ada salah seorang yang mati, hamba tidak akan puas. Sebab sampai habis umurnya sekalipun, binatang itu tidak akan bias mengaji Al-Qur’an. Itu sebabnya binatang itu hamba cambuk agar mati. Dengan demikian hamba senang karena pekerjaan hamba dapat selesai. Atau hamba yang mati, atau Paduka yang mati, atau salah satu, barulah habis perkara lembu itu.”

2.    2.  Ciri-ciri hikayat
·        Hikayat melayu asli
·        Berisikisah – kisahkehidupanlingkunganistana (istanasentris)
·        Ditemukantokohdengankarakterdiluarbataskewajarankaraktermanusiapadaumumnya
·        Peristiwaseringkalitidaklogis
·        bersifatimajinatif,hanyabersifatkhayal
·        - Alur : maju
- Tema : Kerajaan
- Penokohan :
Abu nawas : baik
Sultan syah alam : tegas
Hamba : baik
Pesan moral : “jadilah seseorang yang wataknya seperti Abunawas yang suka menolong dengan caranya sendiri”\





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah gadis pecinta semesta

Debat

Keresahanku