Analisislah struktur teks anekdot
Hari ini pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Suasana
kelas tidak kondusif. Padahal, Bapak guru dengan semangat menjelaskan materi
yang sudah dituangkan dalam power point.
“Sekarang kita masuk bab baru yaitu UUD 45”, kata pak
guru. “Ali, perhatikan dengan sungguh-sungguh, jangan ngobrol dengan teman!”.
“Ya, Pak,” jawab Ali dengan muka masam.
“Undang-undang Dasar 1945 atau yang sering kita
singkat menjadi UUD 45 sudah beberapa kali mengalami perubahan disesuaikan
dengan kondisi masyarakat Indonesia. Semua peraturan yang ada di Indonesia
diatur dalam UUD 1945.” Pak guru menjelaskan beberapa perubahan yang terjadi
dalam UUD 45.
Tiba-tiba Ali berkomentar, “Pak, setahu saya UUD belum
pernah mengalami perubahan dari dulu sampai sekarang, tapi kalau semua
peraturan itu diatur dalam UUD, saya setuju, Pak!” Pak guru terhenyak, “Apa
Ali?”. “Semua peraturan itu kan ujung-ujungnya duit atau UUD, Pak!”
Sontak, semua siswa tertawa dan Pak guru pun ikut
tertawa. Suasana kelas pun menjadi ramai.
Analisis struktur teks anekdot di atas adalah
• Abstraksi: Hari ini pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
• Abstraksi: Hari ini pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
• Orientasi:
Suasana kelas tidak kondusif. Padahal, Bapak guru dengan semangat menjelaskan materi yang sudah dituangkan
dalam power point.
•
Krisis: Tiba-tiba Ali berkomentar, “Pak, setahu saya UUD belum pernah mengalami
perubahan dari dulu sampai sekarang, tapi kalau semua peraturan itu diatur
dalam UUD, saya setuju, Pak!” Pak guru terhenyak, “Apa Ali?”. “Semua peraturan
itu kan ujung-ujungnya duit atau UUD, Pak!”
•
Reaksi: Sontak, semua siswa tertawa dan Pak guru pun ikut tertawa.
•
Koda: Suasana kelas pun menjadi ramai.
Ciri-ciri bahasa teks Anekdot
Teks anekdot dimanfaatkan masyarakat sebagai media untuk menyindir layanan publik di bidang politik, sosial, dan lingkungan. Sindiran atau kritikan yang dikemas dengan cerita yang lucu dan menggelitik membuat orang mudah menerima kritikan sambil tertawa. Untuk memperoleh sindiran yang halus, bahasa teks anekdot menggunakan kata kias atau konotasi, pengandaian, perbandingan, antonim, pertanyaan retoris, ungkapan, dan konjungsi.
Bahasa yang digunakan dalam teks anekdot sebagai berikut.
1. Kata kias atau konotasi adalah kata yang tidak memiliki makna sebenarnya.
Kata kias bisa berupa ungkapan dan peribahasa. Ungkapan adalah kelompok kata yang khusus digunakan untuk menyatakan sesuatu sedangkan peribahasa adalah kalimat yang memiliki makna kias.
Contoh : daun muda yang bermakna gadis (ungkapan)
2. Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau antonim.
Contoh :
- Peristiwa yang terjadi di Indonesia diandaikan jika terjadi di negeri orang (sindiran dengan pengandaian)
- Badannya semakin lama semakin kurus seperti es lilin (perbandingan)
- Orang pintar dikatakan bodoh dan orang bodoh dikatakan pintar (antonim)
3.
Pertanyaan retoris
Pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh : Apakah kamu mau meninggal hari ini?
Pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh : Apakah kamu mau meninggal hari ini?
4. Kalimat yang menyatakan ajaran moral/pesan kebaikan
5. Konjungsi
Konjungsi adalah kata hubung. Kata hubung yang sering digunakan dalam teks anekdot adalah kata hubung waktu (konjungsi temporal) yaitu, setelah, lalu, kemudian dan sebab-akibat yaitu, maka, karena, oleh sebab itu. Kalimat pengandaian digunakan penulis untuk berandai-andai.
Komentar
Posting Komentar